Hujan kerap kali berdampak banjir di Jabodetabek.Kondisi ini lebih lanjut juga sering menimbulkan kemacetan lalu lintas.Penyampaian informasi tentang hujan secara langsung kepada masyarakat melalui layanan pesan pendek diharapkan dapat membantu pengambilan langkah antisipatif.
Oleh YUNI IKAWATI
Sistem layanan informasi itu dikembangkan tim peneliti dari Nusantara Earth Observation Network (NEOnet) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Mereka menjulukinya Sijampang, yaitu akronim bebas dari System Informasi Hujan dan Genangan Berbasis Keuangan.
Pada peluncuran Sijampang selasa (8/6), Deputi Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam BPPT Jana Tjahjana Anggadiredja, Selasa mengatakan system informasi ini dikembangkan berbasis pada data pemantauan masa udara oleh stasiun radar yang dikelola BPPT dan data curah hujan dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG).
Radar Doppler C-band yang terbangun melalui program Hydrometeorological Array for Intraseasonal variation Monson Automonitoring(hari mau) - Program kerja sama Indonesia dengan Jepang dapat memantau kondisi atmosfer hingga radius sekitar 100 kilo meter dari stasiun yang berada di Puspiptek Serpong. Adapun ketinggian awan hujan yang dapat terpantau radar berada 500 hingga 2.000 meter di atas permukaan bumi.
Lewat Twitter
Data analisis kondisi atmosfer itu kemudian dianalisa dan dipadukan dengan data curah hujan dengan peta spasial berbasis Google map, kata direktur NEOnet BPPT, Agus Wibowo.
Informasi itu ditampilkan dalam situs web NEOnet (www.neonet.bppt.go.id/sijampang). Selain data spasial, Sijampang juga ditampilkan dalam bentuk teks yang dapat diakses melalui layanan twitter dan wordpress.
Dalam data spasial it akan ditampilkan lebih dari 100 titik - titik pantauan hujan, dengan klasifikasi hujan ringan, gerimis, sedang, dan lebat. Data diperbarui setiap enam menit atu near realtime.Sistem peranti lunak berbasis WebGIS digunakan untuk menganalisis data, memadukan dan kemudian menampilkanya di web.
Kontributor masyarakat
Untuk memverifikasi informasi hujan pada tahap awal program, pengelola Sijampang melibatkan para contributor yang berdomisili di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat sesuai dengan jangkauan radar, jelas Hartanto Sanjaya, anggota tim pengembangan Sijampang.
Saat ini lebih dari 100 titik refrensi dalam radius jangkauan radar, 105 km.Daerah yang terliput :seluruh Banten kecuali Ujung Kulon, Seluruh DKI Jakarta hingga kepulauan Seribu dan sebagian Jawa Barat, yaitu Karawang timur hingga Pelabuhan Ratu Selatan.
Kini telah ada lebih dari 61 kontributor dari masyarakat. Pihak BPPT akan terus menambah jumlah contributor melalui aktifitas Sijampang goes to school bulan Juli mendatang.Ada 50 sekolah yang dilibatkan sebagai contributor. Mereka akan dikirim data hujan diwilayahnya lewat SMS dan diharapkan mereka menjawab kondisi real untuk konfirmasi.
Partisipasi public bersifat aktif, yaitu contributor mengirimkan data cuaca dilokasi mereka berada sesuai titik refrensi yang ada.Pada partisipasi pasif contributor akan menerima SMS dari operator Sijampang untuk menanyakan kondisi cuaca dititik refrensi terentu.
Pengembangan Sijampang
Dalam verifikasi data itu,jelas Udrekh, selaku pimpinan Sijampang, timnya akan terus mengembankan kemampuan pemantauan system tersebut dengan menambah informasi dari daerah rawan banjir, data pintu air, hingga mampu menampilkan prediksi banjr.
Berbasis data radar tersebut, tambah Hartanto, sejak dua tahun terakhir dikembangkan prediksi sebaran hama padi bacterial leaf blight (BLB) atau kresek mengacu pada curah hujan berskala local.
Diketahui, BLP merebak dalam dua minggu setlah hujan tinggi didaerah tertentu.Penerapan system di Kerawang dilakukan bekerja samadengan Balai Besar Peramalan Organisme Penggangu Tanaman.
Data radar juga dikembangkan untuk prediksi banjir.Untuk itu dikembangkan model algoritme dengan memasukan data terkait berupa tinggi muka air sungai yang terpantau oleh alat otomatis yang terpasang di DAS.Sistem ini dikembangkan bersama Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung – Cisadane Kementrian PU.
Sementara itu, untuk program Sijampang menurut Hartanto informasi mengenai genangan masih belum memadai karena sebagian besar karena contributor yang tidak ada di daerah genangan.Diharapkan pada akhir tahun ini informasi ini dapat disajikan lebih optimal.
Menurut Jana, penerapan Sijampang ke sejumlah daerah akan dilakukan bekerja sama dengan BMKG yang memiliki 22 stsiun radar.
Sumber : Harian Kompas
0 komentar:
Posting Komentar