Suara dengkur atau ngorok sangat mengganggu orang lain. Namun, bagi si pendengkur kebiasaan itu ternyata juga menjadi bom waktu dari penyakit yang disebut sebagai penyakit obstructive sleep apnea (OSA) atau henti napas saat tidur.
Mendengkur merupakan suara getaran yang muncul pada saat tidur. Suara ini dihasilkan terutama waktu inspirasi atau bernapas dan disebabkan oleh getaran langit-langit lunak (palatum mole) dan pilar yang membatasi rongga orofaring (bagian tengah faring). Kebiasaan ini menunjukkan adanya sumbatan pada sebagian saluran napas atas yang merupakan gejala penyakit berhenti napas saat tidur atau OSA.
Mendengkur merupakan suara getaran yang muncul pada saat tidur. Suara ini dihasilkan terutama waktu inspirasi atau bernapas dan disebabkan oleh getaran langit-langit lunak (palatum mole) dan pilar yang membatasi rongga orofaring (bagian tengah faring). Kebiasaan ini menunjukkan adanya sumbatan pada sebagian saluran napas atas yang merupakan gejala penyakit berhenti napas saat tidur atau OSA.
Secara definisi, OSA diartikan sebagai berhentinya aliran udara pernapasan selama 10 detik atau lebih pada saat tidur walaupun ada upaya bernapas (respirasi effort), yang disebabkan oleh obstruksi jalan napas. Episode OSA akan terjadi lebih dari 10 detik dan terjadi lebih dari tujuh kali tiap jam. Episode ini akan mengurangi jumlah oksigen dalam darah yang dapat menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan kualitas istirahat pun berkurang. Karena itu sepanjang hari pendengkur kemungkinan akan merasakan mengantuk.
Hal ini akan memengaruhi performa kinerja mereka. Dalam jangka panjang, mereka akan mengalami tekanan darah tinggi dan pembengkakan jantung. Selain itu, sejumlah komplikasi berbahaya juga membayangi para pendengkur, antara lain penyakit hipertensi, jantung koroner, stroke, bahkan kematian mendadak.
Mendengkur dan OSA pada orang dewasa disebabkan multifaktor. Dengan kata lain, obstruksi atau lokasi penyumbatan saluran napas terjadi lebih dari satu titik. Untuk mengetahui penyebab OSA secara pasti perlu dilakukan pemeriksaan saluran napas mulai dari level hidung sampai daerah laring dengan nasofaringoskopi serat optik. Obstruksi pada hidung dapat terjadi akibat inflamasi mukosa atau kelainan struktural.
Hasil polisomnografi akan menentukan jenis terapi yang tepat untuk pasien, apakah dilakukan dengan teknik bedah atau nonbedah. Sementara itu, staf subdivisi laring faring Departemen THT FKUI/RSCM dr Syahrial MH SpTHT mengungkapkan, penelitian yang dilakukan di AS menunjukkan bahwa semakin tua usia seseorang, makin besar faktor risiko menderita OSA, dan laki-laki lebih berisiko dibandingkan kaum perempuan.
Sumber : http://suaramedia.com/gaya-hidup/kesehatan/25348-waspada-mendengkur-qpembawaq-maut.html
0 komentar:
Posting Komentar