Bekerja lembur memang menghasilkan banyak keuntungan, dari pekerjaan lebih efisien, bisa mendukung percepatan karier, hingga tambahan penghasilan. Tapi tidak untuk kesehatan si pekerja. Bukan hanya soal "kewarasan" orang akibat mengganggu pola tidur, tapi juga membahayakan kesehatan jantung.
Demikian hasil sebuah penelitian yang dipublikasikan European Heart Journal edisi Mei. Diduga hal ini terutama terjadi karena kerja lembur memaksa jantung untuk bekerja keras terus-menerus.
Penelitian ini dilakukan mulai 1985, dengan mengikutsertakan partisipan berusia 35-55 tahun dari 20 perusahaan yang berlokasi di London, Inggris. Di antara 6.014 pekerja kerah putih yang diteliti selama 11 tahun, mereka yang bekerja selama 10 jam atau lebih dalam sehari ternyata 60 persennya lebih berisiko mengalami masalah jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja lewat waktu.
Informasi ini dikumpulkan secara berkala pada 1991-1994. Pertanyaan ini mencakup pula jam kerja partisipan.
Hasil penelitian ini didapat setelah peneliti menghitung juga faktor risiko yang mungkin mempengaruhi masalah jantung, misalnya kebiasaan merokok, kelebihan berat badan, dan memiliki kadar kolesterol yang tinggi.
Peneliti mencatat bahwa kebiasaan kerja lembur hanya berhubungan dengan masalah jantung, tapi bukan sebagai penyebab langsung. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menguatkan hasil temuan ini.
Setelah rata-rata 11,2 tahun penelitian dilakukan, Dr Marianna Virtanen, ahli epidemiologis dari Finnish Institute of Occupational Health, Helsinki, dan beberapa koleganya menemukan 369 kasus jantung koroner fatal, serangan jantung tidak fatal, dan angina (sakit dada ketika tak cukup darah yang mengandung oksigen sampai ke jantung).
Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan posisi karier, peneliti menemukan bahwa bekerja lewat waktu hingga 3-5 jam--bukan sekadar 1-2 jam--berhubungan dengan tingginya tingkat risiko penyakit jantung koroner. Lalu bekerja lebih dari 10 jam dalam sehari berhubungan dengan 60 persen peningkatan risiko penyakit jantung.
Lebih dari separuh partisipan atau 54 persen dilaporkan hanya sesekali lembur, 15 persen dilaporkan bekerja lewat waktu dua jam dalam sehari, dan 10 persen dilaporkan bekerja ekstra 3-4 jam dalam sehari.
Pria cenderung enam kali lebih sering bekerja lembur hingga tiga jam atau lebih dalam sehari ketimbang perempuan. Sementara pekerja yang menikah hampir sembilan kali lebih sering menghabiskan waktu untuk bekerja ketimbang pekerja lajang. "Ternyata penting memiliki keseimbangan yang baik antara waktu kerja, waktu istirahat, dan waktu untuk keluarga. Ini lebih penting untuk jantung," kata Virtanen.
Tapi, menurut peneliti, karena penelitian ini tidak mengikutsertakan pekerja kerah biru, jadi masih belum jelas apakah temuan ini bisa digeneralisasi untuk semua kalangan atau tidak.
Dalam editorial pendamping, Gordon McInnes, profesor farmakologi klinikal dari University of Glasgow, Inggris, mengatakan, "Ahli medis harus tetap waspada akan risiko dari kerja lembur. Mereka juga harus lebih serius menangani segala gejala, seperti sakit dada."
Para dokter harus melakukan pemeriksaan dan terus memonitor faktor risiko kardiovaskuler, seperti tekanan darah dan menyarankan gaya hidup sehat.
McInnes lalu mengutip perkataan filsuf Inggris, Bertrand Russell, "Jika saya seorang dokter, saya akan meresepkan liburan untuk pasien mana pun yang menganggap pekerjaan mereka adalah hal yang penting." | LiveScience | WebMD | utami w
Mereka yang Lebih Berisiko
Bekerja terlalu keras membuat jantung seperti dawai gitar yang ditarik dengan keras. Berdasarkan penelitian Virtanen, memang ada sejumlah hal yang menjelaskan hubungan ini.
1. Pekerja yang sering bekerja lembur umumnya adalah mereka dengan kepribadian tipe A. Jenis pribadi ini cenderung agresif, kompetitif, gampang tegang, sangat peduli akan waktu, dan umumnya gampang naik darah.
2. Stres psikologis yang muncul bersamaan dengan depresi dan kecemasan mungkin akibat tidak cukup tidur atau tak cukup istirahat sebelum pergi tidur.
3. Ada tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan stres kerja yang tersembunyi. Masalah ini tak muncul saat checkup medis.
4. Pekerja yang sering bekerja lembur sering kali tetap bekerja ketika sakit, tak mempedulikan gejala masalah kesehatan, dan tidak pergi dokter untuk mengobati penyakitnya.
5. Pengalaman stres yang kronis (sering kali berhubungan dengan lamanya waktu bekerja) bisa berdampak pada proses metabolisme dalam tubuh.
Sumber : http://tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2010/05/17/brk,20100517-248279,id.html
Demikian hasil sebuah penelitian yang dipublikasikan European Heart Journal edisi Mei. Diduga hal ini terutama terjadi karena kerja lembur memaksa jantung untuk bekerja keras terus-menerus.
Penelitian ini dilakukan mulai 1985, dengan mengikutsertakan partisipan berusia 35-55 tahun dari 20 perusahaan yang berlokasi di London, Inggris. Di antara 6.014 pekerja kerah putih yang diteliti selama 11 tahun, mereka yang bekerja selama 10 jam atau lebih dalam sehari ternyata 60 persennya lebih berisiko mengalami masalah jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak bekerja lewat waktu.
Informasi ini dikumpulkan secara berkala pada 1991-1994. Pertanyaan ini mencakup pula jam kerja partisipan.
Hasil penelitian ini didapat setelah peneliti menghitung juga faktor risiko yang mungkin mempengaruhi masalah jantung, misalnya kebiasaan merokok, kelebihan berat badan, dan memiliki kadar kolesterol yang tinggi.
Peneliti mencatat bahwa kebiasaan kerja lembur hanya berhubungan dengan masalah jantung, tapi bukan sebagai penyebab langsung. Masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk menguatkan hasil temuan ini.
Setelah rata-rata 11,2 tahun penelitian dilakukan, Dr Marianna Virtanen, ahli epidemiologis dari Finnish Institute of Occupational Health, Helsinki, dan beberapa koleganya menemukan 369 kasus jantung koroner fatal, serangan jantung tidak fatal, dan angina (sakit dada ketika tak cukup darah yang mengandung oksigen sampai ke jantung).
Setelah mempertimbangkan berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, status perkawinan, dan posisi karier, peneliti menemukan bahwa bekerja lewat waktu hingga 3-5 jam--bukan sekadar 1-2 jam--berhubungan dengan tingginya tingkat risiko penyakit jantung koroner. Lalu bekerja lebih dari 10 jam dalam sehari berhubungan dengan 60 persen peningkatan risiko penyakit jantung.
Lebih dari separuh partisipan atau 54 persen dilaporkan hanya sesekali lembur, 15 persen dilaporkan bekerja lewat waktu dua jam dalam sehari, dan 10 persen dilaporkan bekerja ekstra 3-4 jam dalam sehari.
Pria cenderung enam kali lebih sering bekerja lembur hingga tiga jam atau lebih dalam sehari ketimbang perempuan. Sementara pekerja yang menikah hampir sembilan kali lebih sering menghabiskan waktu untuk bekerja ketimbang pekerja lajang. "Ternyata penting memiliki keseimbangan yang baik antara waktu kerja, waktu istirahat, dan waktu untuk keluarga. Ini lebih penting untuk jantung," kata Virtanen.
Tapi, menurut peneliti, karena penelitian ini tidak mengikutsertakan pekerja kerah biru, jadi masih belum jelas apakah temuan ini bisa digeneralisasi untuk semua kalangan atau tidak.
Dalam editorial pendamping, Gordon McInnes, profesor farmakologi klinikal dari University of Glasgow, Inggris, mengatakan, "Ahli medis harus tetap waspada akan risiko dari kerja lembur. Mereka juga harus lebih serius menangani segala gejala, seperti sakit dada."
Para dokter harus melakukan pemeriksaan dan terus memonitor faktor risiko kardiovaskuler, seperti tekanan darah dan menyarankan gaya hidup sehat.
McInnes lalu mengutip perkataan filsuf Inggris, Bertrand Russell, "Jika saya seorang dokter, saya akan meresepkan liburan untuk pasien mana pun yang menganggap pekerjaan mereka adalah hal yang penting." | LiveScience | WebMD | utami w
Mereka yang Lebih Berisiko
Bekerja terlalu keras membuat jantung seperti dawai gitar yang ditarik dengan keras. Berdasarkan penelitian Virtanen, memang ada sejumlah hal yang menjelaskan hubungan ini.
1. Pekerja yang sering bekerja lembur umumnya adalah mereka dengan kepribadian tipe A. Jenis pribadi ini cenderung agresif, kompetitif, gampang tegang, sangat peduli akan waktu, dan umumnya gampang naik darah.
2. Stres psikologis yang muncul bersamaan dengan depresi dan kecemasan mungkin akibat tidak cukup tidur atau tak cukup istirahat sebelum pergi tidur.
3. Ada tekanan darah tinggi yang berhubungan dengan stres kerja yang tersembunyi. Masalah ini tak muncul saat checkup medis.
4. Pekerja yang sering bekerja lembur sering kali tetap bekerja ketika sakit, tak mempedulikan gejala masalah kesehatan, dan tidak pergi dokter untuk mengobati penyakitnya.
5. Pengalaman stres yang kronis (sering kali berhubungan dengan lamanya waktu bekerja) bisa berdampak pada proses metabolisme dalam tubuh.
Sumber : http://tempointeraktif.com/hg/kesehatan/2010/05/17/brk,20100517-248279,id.html
2 komentar:
bagus blog nya...
bermanfaat jugaa...
kunjungan balik nya
www.tokoh-tokohdunia.co.cc
bagus artikelnya thanks infonya juga ka ini aku mau reccomend tentang HOSTEL MURAH DI BANDUNG COCOK UNTUK BACKPACKER aku reccomed banget nih buat yang bingung cari penginapan di daerah bandung ..
Posting Komentar