Senin, 06 Desember 2010

Cara Bijak Hadapi Anak Yang Suka Kekerasan


 ruangberkas.com_imagesSaat sedang bermain si kecil kadang suka memukul atau menyerang teman bermainnya. Kondisi ini membuat orangtua panik dan kaget. Bagaimana mengatasi kelakuan anak seperti ini?

Sifat agresif atau suka menyerang adalah bagian yang normal dari perkembangan anak. Hal ini dikarenakan keterampilan berbicaranya yang belum sempurna serta keinginan kuat untuk mandiri, membuat anak menggunakan tindakan fisik untuk mengungkapkan perasaannya.

"Beberapa tingkatan memukul dan menggigit masih menjadi hal yang normal, tapi orangtua harus memberitahu bahwa tindakan tersebut salah dan mengajarinya cara lain untuk mengungkapkan perasaannya," ujar Nadine Block, direktur eksekutif Center for Effective Discipline di Columbus, Ohio, seperti diberitakan dari Babycenter.

Orangtua harus membantu anak mengendalikan dirinya agar bisa belajar bergaul atau bersosialisasi dengan yang lain.

Jika anak memukul atau menggigit anak lain, ada beberapa hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mengatasinya:

Merespons dengan cepat
Cobalah untuk merespons langsung ketika melihat anak semakin agresif, lalu ajaklah ia keluar dari situasi tersebut.

Cobalah untuk memberitahunya dengan cara menghubungkan perilaku tersebut dengan konsekuensi yang harus diterimanya, misalnya jika ia memukul maka ia akan kehilangan kesenangan dan waktu bermainnya.

Menindaklanjuti tindakan anak
Setelah membawa anak keluar dari tempat bermain, duduklah dan ajak ia menonton anak-anak lainnya bermain. Jelaskan padanya bahwa ia boleh bermain kembali kalau sudah siap untuk bergabung tanpa menyakiti anak-anak lainnya.

Tapi usahakan untuk tidak marah dan tidak berteriak, karena anak akan berpikir salah satu cara untuk terlepas dari agresif fisik adalah melalui agresif verbal.

Memberikan konsekuensi yang sama
Sebanyak apapun anak melakukan tindakan agresif, sebaiknya orangtua tetap memberikan konsekuensi yang sama. Hal ini mengajarkan pada anak jika ia melakukan sesuatu yang menyakiti anak atau orang lain, maka ia akan menerima konsekuensi yang sama dari orangtuanya.

Mengajarkan cara lebih baik untuk mengungkapkan perasaannya
Setelah anak mulai mereda emosinya, tanyakan padanya dengan lembut apa yang terjadi sehingga emosinya meledak. Setelah itu, orangtua bisa memberitahu cara untuk meluapkan emosinya dengan tidak menyakiti orang lain.

Mengajarkannya untuk minta maaf
Pastikan anak-anak memahami bahwa ia harus menyesal setelah melakukan kesalahan dan menuntunnya mendekati anak yang disakiti untuk minta maaf. Mungkin awalnya anak akan meminta maaf secara tidak tulus, tapi hal ini akan menjadi proses pembelajaran bagi anak.

Memberikan hadiah untuk perilaku baiknya
Jika anak dapat mengendalikan atau menahan rasa amarahnya, maka orangtua bisa memberinya pujian atas sikapnya tersebut. Hal ini akan memicu anak untuk berusaha mengendalikan amarahnya dan melampiaskannya dengan cara lain yang tidak menyakiti teman-temannya.

Membatasi waktu menonton televisi
Beberapa tayangan televisi seringkali menunjukkan adegan berteriak, mengancam, mendorong atau memukul, meskipun tayangan ini untuk anak-anak.

Karena itu mulailah untuk memantau acara yang ditonton oleh anak dan membatasi waktu menonton televisinya, sehingga anak-anak tidak melihat adegan tersebut. Sebagai konsekuensinya cobalah menyediakan waktu bermain yang lebih banyak dengan anak. Anak Anda akan memukul anak lain dan ia pun akan dipukul anak lain. Bagaimana Anda menyikapinya?

"Bu, tadi Dita mukul Andi sampai nangis," lapor babysitter begitu Anggi pulang kerja. Kontan wajah Anggi memerah. Pasalnya, bukan sekali itu saja Dita, putrinya yang baru berusia 1,5 tahun, memukul temannya waktu bermain. Dan seperti biasa, Anggi segera menelepon orangtua Andi dan meminta maaf.

Seperti halnya Anggi, Anda pun mungkin malu ketika batita Anda memukul temannya. Kebanyakan orangtua merasa seperti itu, karena takut dianggap tak mampu mendidik anak dengan baik. Padahal, perilaku memukul, sebagaimana perilaku agresif lainnya seperti menggigit, menendang, mendorong, mencubit, dan melempar-lempar barang, menurut para ahli, wajar-wajar saja di usia batita. Apalagi jika hal itu dilakukan anak Anda yang baru berusia setahun. Ini karena ia belum mampu mengungkapkan perasaan-perasaannya maupun keinginan-keinginannya.

Seperti dikatakan psikolog Rahmitha P. Soendjojo, perilaku memukul biasanya muncul pada anak yang belum bisa berbicara atau baru mulai belajar bicara. "Perbendaharaan katanya masih sangat terbatas, sehingga memukul menjadi salah satu bahasa untuk menyatakan keinginannya maupun ketika ia merasa kurang nyaman atau tak aman," jelas Pjs. Manajer Komunikasi YKAI ini.

Perilaku memukul, menurut Rahmitha, juga bisa terjadi pada anak yang punya energi berlebihan. "Jika ia banyak dilarang sementara energinya tetap ada dan ia tak tahu cara menyalurkannya, akibatnya ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif lainnya," tutur lulusan Fakultas Psikologi Unpad ini. Begitu pula dengan anak-anak yang terluka, entah karena marah, kesal, kecewa, atau sedih, dan ia tak tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan-perasaan itu.

DIJAUHI TEMAN

Dalam buku What to Expect the Toddler Years karya Einsenberg, Murkoff & Hathaway, dikatakan, banyak perilaku agresif anak usia ini berhubungan dengan frustrasi. Ini karena dalam diri mereka seringkali muncul konflik antara rasa percaya dan tak aman, keinginan mandiri dan ketergantungan, keinginan berkuasa dan keadaan tak berdaya. Dan, jangan lupa, anak usia ini memiliki rasa ingin tahu yang besar serta senang bereksperimen.

Bagaimanapun, kata Rahmitha, memukul atau perilaku agresif lainnya adalah reaksi alamiah ketika seseorang merasa kesal, marah, atau frustrasi. Begitu pula yang dialami batita Anda. Jadi, wajar saja bila ia memukul atau dipukul anak lain. Tapi bukan berarti Anda boleh mengijinkan ia memukul. Anda tetap tak boleh membiarkan ia memukul, hanya karena ia masih terlalu kecil untuk mengetahui hal yang baik. Memang, masih cukup sulit baginya untuk mengerti perbedaan benar dan salah, tapi ia sepenuhnya akan mengerti mana tingkah laku yang Anda inginkan dan mana tingkah laku yang Anda larang.

Lagipula, dengan membiarkan anak memukul, lama-lama ia tak mengenal cara lain untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya. Jika memukul akhirnya menjadi kebiasaan, ia akan dijauhi oleh teman-temannya yang berarti menghambat perkembangan sosialisasinya.

Jadi, apa yang harus kita lakukan jika anak memiliki "hobi" memukul?

KALAU IA MEMUKUL

*Beri Arahan Singkat

Ketika ia hendak memukul, cepat pegang tangannya dan katakan, "Jangan memukul. Mama tak suka bila kamu memukul, karena itu sakit." atau, "Mama sayang kamu, tapi Mama tak senang bila kamu memukul." Kalimat-kalimat seperti ini cukup efektif untuk ia agar mendengar pengarahan Anda.

* Alihkan Perhatiannya

Setelah Anda melarangnya memukul, segera alihkan perhatiannya dengan mengajak ia berpartisipasi dalam permainan lain tanpa konfrontasi. Dengan demikian, untuk sementara, ia dan temannya akan melakukan permainan baru satu sama lain dengan tenang.

* Jangan Mempermalukan

Kata-kata yang Anda gunakan untuk membuat ia berhenti memukul dapat menjadi suatu kekuatan tersendiri. Jika Anda sampai mempermalukannya, Anda hanya akan membuat ia melawan dan bertindak defensif. Jangan berkata, "Kamu memang anak nakal!" tapi katakan, "Mama tak suka bila kamu memukul Jodi."

* Bersikap Konsekuen

Jika ia kembali memukul, bertindaklah tegas dan konsekuen. Ia harus menghentikan permainannya, entah dengan menyuruhnya duduk di sebelah Anda tanpa aktivitas untuk beberapa saat, atau ajak ia pulang jika saat itu ia bermain di rumah temannya. Katakan padanya, "Kamu tidak bermain baik sama sekali. Kamu gampang sekali memukul teman. Teman-temanmu tidak menyukaimu lagi jika kamu suka memukul."

* Time-out

Ini cara yang baik untuk mengatasi dorongan memukul, tapi bukan merupakan tindakan hukuman. Ini merupakan satu cara untuk mengendalikan emosi anak, agar ia melihat apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya. Tapi jangan gunakan time-out untuk menguliahinya. Petuah diberikan setelah time-out selesai dan ia sudah mulai tenang.

* Selamatkan Korban

Jika anak lain sampai menangis karena dipukul anak Anda, segera pusatkan perhatian pada anak itu dan hiburlah daripada menegur anak Anda. Jika anak Anda menyerang, pisahkan anak lain itu dengan aktivitas lain, lalu tenangkan anak Anda. Dengan nada rendah dan tanpa kemarahan, jelaskan secara ringkas bahwa memukul adalah perilaku yang tak dapat diterima dan mengapa hal itu tak boleh dilakukannya. Misalnya, Anda dapat mengatakan, "Kamu menyakiti Andi ketika kamu memukulnya."

* Tunjukkan Perilaku Yang Anda Inginkan

Jika ia memukul Anda, dengan tenang jauhkan tangannya dan pegang ia. Katakan dengan singkat dan sungguh-sungguh, tapi tanpa kemarahan, "Tolong jangan pukul Mama. Itu menyakitkan." Lalu, gunakan tangannya untuk mengusap secara lembut, bagian tubuh Anda yang ia pukul, dan katakan, "Lihat, inilah yang Mama sukai."

TINDAK PENCEGAHAN

* Tentukan Batas

Tentukan aturan yang jelas bagaimana ia harus bertingkah laku. Mulai usia 18 bulan, ia cukup mampu untuk memahami batasan-batasan sederhana, meskipun ia tak akan mematuhinya sepanjang waktu. Yang penting, biarkan ia tahu bahwa menyakiti orang lain dan menggunakan kekuatan kasar untuk memecahkan konflik adalah salah.

* Sahkan Perasaannya

Semua perasaan adalah sah, tapi tidak demikian dengan beberapa perilaku. Katakan padanya, "Kamu boleh merasa marah ketika temanmu merebut mainanmu. Tapi kamu tak boleh memukul, karena pukulan membuat sakit."

* Ajarkan Kata-kata Pengganti Pukulan

Anda dapat mengajarkannya kata-kata seperti "Hentikan!", "Jangan!", "Ini milikku!", "Tidak!" dan "Pergilah!" sebagai alternatif memukul. Sehingga, saat temannya merebut mainan yang sedang ia mainkan, ia dapat mengatakan, "Jangan, ini milikku!", bukan malah memukulnya.

* Minimalisir Frustrasi

Bantu ia mempelajari keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup sehari-hari seperti keterampilan sosial, bermain, berbusana, dan keterampilan makan. Ini akan mengurangi rasa frustrasinya.

* Awasi Saat Ia Bermain

Selalu dampingi saat ia bermain bersama teman-teman atau saudara kandungnya, tapi Anda tak harus selalu berada di dekatnya. Yang penting, Anda dapat dengan mudah mengawasinya.

* Batasi Jumlah Teman Bermainnya

Di usia ini, ia baru mulai belajar bersosialisasi. Dua atau tiga teman bermain sudah cukup dalam satu waktu permainan. Anda pun lebih mudah mengawasinya.

* Beri Perhatian Untuk Perilaku Baik

Memukul seringkali mengundang perhatian anak-anak yang kerap diabaikan atau tak dihargai ketika mereka berperilaku baik. Seorang anak yang merasa tak cukup diperhatikan akan mungkin melakukan sesuatu untuk diperhatikan, salah satunya memukul teman atau saudara kandung. Beri ia cukup perhatian seperti hadiah, ciuman, dan pelukan untuk perilakunya yang baik.

* Kontrol Diri Anda

Apa pun yang Anda lakukan dan alami, jangan bereaksi terhadap perilaku tak menyenangkan dari anak dengan memukulnya. Jika Anda sedang stres dan Anda memukulnya, berarti Anda mengajarkan ia bahwa kekerasan adalah reaksi wajar dari orang yang berada di bawah tekanan atau stres. Jadi, jangan sampai Anda lepas kontrol.

* Jangan Gunakan Pukulan Untuk Disiplin

Jika Anda melarangnya memukul, tapi Anda malah memukul tangannya saat melarang sesuatu, maka Anda tak membantu ia melihat apa yang seharusnya ia ketahui dari suatu kebiasaan. Dengan Anda memukulnya, ia belajar bahwa memukul merupakan satu cara agar orang lain mematuhi perintahnya atau memenuhi keinginannya.

JIKA IA TETAP MEMUKUL

Anda sudah mencegah dan melarangnya memukul, tapi ia tetap melakukannya. Mungkin ia punya alasan khusus mengapa ia masih tetap memukul. Coba amati suasana rumah dan lingkungan sekitarnya. Apakah memukul merupakan satu kebiasaan yang dilakukan orang dewasa untuk mengekspresikan kemarahannya dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan? Atau mungkin ia banyak menyaksikan adegan kekerasan di TV?

Mungkin juga karena ia dipermalukan sehingga ia menyerang kembali dengan caranya sendiri, yaitu memukul. Atau, bisa jadi ia ketakutan dan mencoba melindungi dirinya dari gangguan, kejahatan, atau lingkungan yang ia anggap membahayakan.

Bisa juga karena ia memiliki energi berlebihan, sementara Anda memberinya banyak batasan-batasan. Jika ia banyak dilarang sementara ia tak tahu bagaimana menyalurkan energinya yang berlebih itu, ia lalu memukul atau melakukan perilaku agresif lainnya.

Jika kebiasaannya memukul terus berlanjut, Anda sebaiknya berkonsultasi pada dokter atau psikologi anak.

Anda Pun Tak Boleh Memukul

Ada beberapa alasan mengapa Anda harus mengindari memukul anak.
*1. Memukul membuat ia berpikir bahwa memukul itu tak apa-apa alias boleh-boleh saja.
*2. Memukul merendahkan anak. Jika Anda memukulnya karena ia memukul anak lain, ia merasa anak lain lebih berarti dibanding dirinya.
*3. Memukul tak akan memperbaiki perilakunya. Pukulan mungkin dengan cepat menghentikan sebuah tindakan yang salah, tapi ia menjadi sangat terobsesi dengan rasa hina yang ia rasakan ketimbang alasan mengapa ia dipukul.
*4. Memukul membangkitkan amarah. Rasa terhina akibat pukulan Anda, bisa membuatnya berontak dan kembali menyerang. Jika pun ia diam saja dan tampak menerima pukulan Anda, tapi dalam hatinya mungkin ia menolak dan ia akan mencari kesempatan untuk membalas sakit hatinya.
*5. Sekali Anda memukul, Anda akan terdorong untuk memukulnya lagi di waktu-waktu lain ketika ia berbuat salah atau menunjukkan perilaku yang tak menyenangkan Anda.
*6. Ingatlah, anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang suka memukul akan cenderung menjadi agresif dalam menangani konflik dengan orang lain.

sumber : ruangberkas.com

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Tutorial Yang Bermanfaat. Powered by Blogger Blogger Templates create by Deluxe Templates. WP by Masterplan